Oleh: al-Faqir al-Haqir Apria putra
Berdasarkan ziarah ke Makam Ummi Hajjah Syamsiyah Abbas Bengkawas, dan kunjungan ke bekas kompleks MTI Putri Bengkawas. Kamis/ 3 Oktober 2013.
Dikalangan ulama muda terkenal Diniyyah Putri Padang Panjang sebagai ikon sekolah agama khusus perempuan, sedangkan dikalangan ulama Tarbiyah Islamiyah (ulama tua) dikenal Madrasah Tarbiyah Islamiyah Putri Bengkawas sebagai wadah pendidikan perempuan. Pendidikan perempuan telah menjadi salah satu perhatian dikalangan ulama Minangkabau. Berbagai-bagai artikel untuk mengedepankan pendidikan agama dikalangan kaum hawa banyak bermunculan diberbagai media masa (majalah) ketika itu, yaitu diawal abad 20 tersebut. Hal ini paling tidak telah banyak diungkap oleh berbagai peneliti, diantaranya Jeffrey Hadler lewat disertasinya “Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesian through jihad and Colonialism” (2008). Namun, dikalangan ulama surau hal ini menjadi satu trobosan baru, dan “MTI Putri Bengkawas” menjadi model yang cocok peningkatan pendidikan agama; pencetak ulama perempuan.
MTI Putri Bengkawas didirikan pada tahun 1940, didirikan oleh seorang ulama perempuan dari Luak Agam, yaitu Ummi Hj. Syamsiyah Abbas binti Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh. Beliau ialah saudara dari ulama terkemuka, Abuya H. Sirajuddin Abbas. Keulamaan –Ummi Syamsiyah- dibuktikan telah karangannya yang populer dalam menengahi perdebatan dengan ulama-ulama Muda. Beliau, Ummi, juga terkemuka karena dipercaya menduduki posisi-posisi penting dalam mengisi kemerdekaan.
MTI Bengkawas telah memainkan peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan agama perempuan dalam wadah Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Dari 360 madrasah (baca: Pesantren), menurut data tahun 1954, yang dinaungi Persatuan Tarbiyah Islamiyah, baru MTI Bengkawas yang diketahui menyelenggarakan pelajaran agama khusus perempuan.
Meski telah mencapai masa jaya, MTI Bengkawas terkena musibah sebagaimana yang menimpa sekolah-sekolah agama (baca: Pesantren) ketika itu. Berbagai peristiwa, apakah itu peperangan dan sejenisnya, telah menjadi perintang keberlanjutan surau dan madrasah di Minangkabau. Hal ini pulalah agaknya yang menimpa MTI Bengkawas; ia terhanyut waktu, sehingga sisa gedung madrasah ini saja yang dapat kita temui saat ini.
Inilah sejarah yang dapat kita kenang; kenangan atas ulama-ulama Minangkabau silam.
Foto: Bagian depan bekas gedung MTI Putri Bengkawas
Foto: Rumah Ummi Syamsiyah Abbas di komplek MTI Bengkawas
Foto: Gedung MTI Bengkawas, yang kemudian dimanfaatkan oleh "STIKES Fort de Kock"
Foto: Rumah Ummi, sekaligus sebagai asrama
Foto: Gedung MTI yang kemudian digunakan sebagai "play group"
Foto: bekas gedung MTI Putri Bengkawas
Foto: Makam Ummi Syamsiyah Abbas
Sungai Antuan,
Luak Limo Puluah Kota.
al-Faqir al-Haqir Apria putra al-masyhur bi-Angku Mudo Khalisi