Sabtu, 28 Juni 2014

Para Pewaris Ulama Minangkabau abad 21 (bagian I): Buya Sya’rani Khalil Dt. Majo Reno (lahir 1926), Penyambung Estafet Ulama-ulama Besar Batuhampar, Payakumbuh

Oleh: al-faqir Apria Putra

Satu ketika saya tertegun, salah seorang teman berujar, “Mengapa tuan hanya menulis tentang ulama-ulama silam, bukankah baik menulis ulama-ulama kita sekarang, supaya kami dapat berkunjung dan menyauk ilmu dari beliau-beliau itu. Dekat akan disilau, jauh akan dijalang.” Saya berpikir, baik juga hal itu. Namun, perjalanan saya belumlah jauh, jalan yang telah ditempuh tak seberapa, akankah saya adil menulis hanya sebagian orang yang saya ketahui di depan mata saya keharibaan tuan-tuan. Bukankah ulama-ulama kita di Ranah Minang saat kini banyak yang mastur (tersembunyi), beberapa di antara mereka tak dikenal layaknya muballigh yang prestisius, di antaranya ada yang menjauh dari publisitas seperti kebanyakan orang sekarang. Tapi, saya timbang-timbang adalah positif bila memperkatakan ulama-ulama yang ada saat ini, meskipun pengetahuan saya tentang beliau-beliau itu tidak seberapa. Kita ketengahkan saja kaedah yang masyhur di kalangan Ushuliyyin, “Sesuatu yang tidak dapat dikerjakan semua, sebahagiannya jangan ditinggalkan.” Semoga ikhtiar saya bermanfaat kiranya bagi sidang pembaca, pun pribadi saya sendiri; sehingga dapat menghela do’a orang-orang shaleh, para ulama yang mempunyai dua sayap; lahir dan batin, di Ranah Minang bertuah ini. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Batuhampar Payakumbuh, Negeri Hijau, Negeri Seribu Urangsiak

Sesawahan terhampar luas ibarat permadani kaki langit. Sejauh mata memandang, sejauh itu pula hijau cerah dari dedaunan apakah padi-padi, kebun dan ladang-ladang petani terlihat. Demikianlah keadaan alam Batuhampar sebagai anugerah ilahi. Di balik semuanya, terdapat hal yang lebih dikenal dari sekedar pesona alam itu, itulah “Kampung Dagang”, komplek urangsiak (baca: santri) yang telah ada sejak dua abad yang lalu. Komplek inilah yang lebih dari seabad itu menjadi bebauan harum semerbak yang masyhur ke mana-mana negeri di dataran Melayu, sebagai tempat belajar agama, pusat ilmu al-Qur’an, dan sentra Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah terkemuka dan tertua di Minangkabau ini.