Oleh: Hamba yang dha’if Apria Putra
Andaleh: Rekam Negeri Agraris
Andaleh, sebuah nagari di kecamatan Luak, Luak Lima Puluh Kota, negeri yang kaya akan potensi alam; sesawahan membentang menghijau sampai Taram, kolam-kolam ikan menghiasi setiap rumah, ladang ditumbuhi dengan tanaman-tanaman produktif. Disamping anugrah alam itu, Andaleh, dulunya terkenal sebagai pusat agama. Betapa tidak, di Andaleh pernah berdiri pusat pengembangan ilmu al-Qur’an ala surau Minangkabau berpuluh-puluh tahun yang lalu, sehingga nama Andaleh pernah harum dikalangan urang-urang Siak di berbagai daerah. Satu di antara ulama yang pernah berkhitmat mengembangkan ilmu al-Qur’an itu ialah Syekh Batu Bara.
Foto: Salah satu surau tua di Nagari Andaleh yang telah ditinggalkan; lapuk tidak dihuni.
Syekh Batu Bara dan Pelajaran al-Qur’an
Siapa Syekh Batu Bara tersebut? Beliau ialah seorang ‘alim dalam ilmu Tilawah al-Qur’an, terutama Qira’at al-Qur’an yang tujuh. Nama asli beliau tidak tercatat lagi. Di Andaleh beliau membuka sebuah surau khas Minangkabau, surau itu bernama “Surau Botuang” (Botuang: Bambu). Di sini beliau mendirikan pekerjaan agama, mendidik orang-orang siak dalam ilmu agama, khususnya ilmu Tilawah al-Qur’an. Salah seorang murid Syekh Batu Bara yang dapat kita catat ialah Khalilur Rahman, putra dari Syekh Muhammad Arsyad “Beliau Batu Hampar” yang terkenal itu.
Murid ulama Besar Minangkabau
Syekh Batu Bara merupakan murid dari ulama besar Minangkabau di abad 19, yaitu Syekh Abdurrahman “Beliau Batu Hampar” (Payakumbuh). Syekh Batu Hampar ulama terkemuka dalam ilmu agama, khususnya ilmu Tilawah al-Qur’an dan Tarekat Naqsyabandiyah. Surau beliau di Batu Hampar menjadi basis keislaman sejak pertengahan abad 19, dan sampai saat ini masih berdiri kokoh dikenal dengan “Madrasah al-Manar Batu Hampar”. Maka Syekh Batu Bara menjadi salah satu murid Syekh Batu Hampar yang menonjol selaku ulama.
Perjalanan masa kini
Masa telah berganti. Kita tidak menemui lagi jejak-jejak Syekh Batu Bara di Andaleh, apakah surau, atau pewarisnya, tidak ada penjelasan; yang tersisa hanya sekeping kenangan yang terucap dari lisan orang tua-tua. Andaleh sekarang tetap agraris seperti sedia kala; indah dengan hamparan sawah-sawah menghijau, namun gaung ulama-ulama besar dulu itu tidak lagi sampai ketelinga kita. Negeri ini konon kemudian dihuni oleh keturunan Syekh Abdullah Halaban, yang kemudian menjadi tokoh-tokoh di bidang agama. Andaleh saat ini dikenal sebagai salah satu basis Muhammadiyah di Lima Puluh Kota, disamping Guguak (Kubang) dan Halaban.
Sungai Antuan,
Yang karam dalam laut dosa al-faqir Apria Putra.