Senin, 07 Oktober 2013

Yang Berjasa, yang Terlupakan (Bag. 2): Maulana Syekh Abdurrahman al-Khalidi “Beliau Kumango” (1812-1932), Ulama Besar Tarikat Sammaniyah dan Pencipta Silek Kumango

Oleh: Hamba yang dha’if Apria Putra

Ulama-ulama yang kita tulis ini, meskipun tercatat dalam lembaran sejarah, namun sayang hanya segelintir kecil diantara kita yang mengenal, dan masih mengenang jasa beliau-beliau tersebut. Padahal, bila ditinjau dimasa-masa silam, ulama-ulama ini menjadi tumpuan ilmu pengetahuan Islam, selalu menjadi teladan. Meski mereka telah lama tiada, mereka tetap dipanuti, makamnya tetap diziarahi sebagai bentuk ta’zhim kepada ulama-ulama yang berjasa terhadap Islam di Minangkabau. Tulisan bersambung ini dilansir sebagai pengingat bagi kita, generasi penerus, untuk mengenal serta meneladani, hingga mempererat tali rohani dengan ulama-ulama Minangkabau di masa yang lampau itu.

Kumango, Sungai Tarab, Tanah Datar, negeri yang agamis, kaya dengan budaya, dan sebenarnya menjadi sebuah kebanggaan Ranah Minangkabau. Rumah-rumah gadang dengan gonjong menjulang memenuhi kampung, surau-surau lama yang berusia lebih seabad berdiri kokoh, tokoh-tokoh agama (ulama) dari daerah ini terkemuka sampai ke Tanah Suci Mekah.

Sebuah aliran Silek Tuo lahir di daerah ini, itulah Silek Kumango “Lahia Mancari Kawan, Batin mencari Tuhan”, yang kental dengan unsur Islam. Silek ini kemudian terkenal luas, sampai ke Amerika hingga negeri Belanda. Luar biasa memang. Kabarnya, tersebab silek ini banyaklah orang-orang non Muslim tertarik untuk mempelajari Islam, hingga menjadi mu’allaf belaka. Dari sini pula, Kumango, berpangkal Tarikat Samaniyyah, sebuah ilmu Tarekat Mu’tabar yang berperan dalam mempertahankan negeri dari penjajah. Tercatat, tarekat Saman yang berhulu ke Kumango ini menyebar sampai ke Thailand dan Malaysia, dan memainkan peran dalam sosio-kultural masyarakat di daerah tersebut.

Siapa ulama besar Kumango itu? Yang bila kita kenang akan membuat mata meleleh, bila kita kunjungi akan menyebabkan haru itu, beliaulah al-‘Alim al-Wara’ Maulana Syekh Abdurrahman bin Khatib ‘Alim Kumango al-Sammani al-Khalidi Naqsyabandi. Ulama besar yang satu ini cukup istimewa, di samping syekh-syekh besar Tarekat lainnya.

Menurut salah satu sumber Syekh Kumango tersebut lahir pada tahun 1812 dan wafat ditahun 1932. Nama kecil Beliau ialah “Alam Basifat”. Pada mulanya Beliau mengaji kepada Syekh Abdurrahman Batu Hampar Payakumbuh terkenal itu. Namun kemudian Alam Basifat muda terpengaruh lingkungan di daerahnya yang membawanya untuk hidup gaya parewa.

Pada satu waktu beliau berdagang di Padang, ada seorang kakek yang membuatnya marah karena selalu nyinyir meminta uang, sehingga membuat darah Alam Basifat naik hendak menghajar si kakek, rupanya setelah berusaha keras hendak memukul si kakek bagaimanapun cara memukulnya, namun tak kena sasaran satu pun. Sehingga beliau mengaku dan hendak berguru kepada si kakek. Namun si kakek mengajukan persyaratan yang cukup pelik, Alam Basifat diperintahnya untuk mengikutinya di Mekah, di Mekah nanti Beliau akan bertemu lagi. Oleh kesungguhan Alam Basifat, Beliau terus jua mengikuti si kakek ke Mekah sebagai mana dijanjikan, sedangkan si kakek entah kemana saat itu, karena ulama saat itu masyhur keramat-keramatnya si kakek telah sampai dulu di Mekah. Alam Basifat pergi ke Mekah dengan berjalan kaki dari Minangkabau berjalan ke Sumatera Utara, kemudian terus ke Aceh dan lalu ke Thailand terus ke tanah Mekah.

Di Mekah beliau bertemu si Kakek dan mulai belajar agama dan istimewa Tharikat Sufiyah dengan beberapa ulama terkemuka di “Tanah Haram” kala itu. Tercatat Syekh Kumango di tanah suci selama 12 tahun menuntut ilmu, termasuk mengambil Tarekat Samaniyah di Madinah al-Munawwarah kepada Sayyidina Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan (mengenai riwayat Syekh ini dapat dilihat pada “Siyar wa Tarajum Ba’dh ‘Ulama’inan fi al-Qarn al-Rabi’ ‘asyr”). Alam Basifat kemudian dikenal dengan nama Abdurrahman, lengkapnya Syekh Abdurrahman Kumango al-Samani al-Khalidi.

Setelah Syekh Abdurrahman pulang ke kampung halamannya, beliau kemudian membuka surau yang dikenal dengan “Surau Subarang” untuk mengajar agama, khususnya Tarekat Samaniyah dan Tarekat Naqsyabandiyah al-Khalidi. Selain itu Beliau Kumango dikenal sebagai pencipta gerakan-gerakan ilmu “Silat Kumango” yang masyhur itu, sebuah silat yang sarat dengan aspek tasawuf dan filosofis yang “dalam”.

Saat ini, Surau Subarang masih berdiri. Surau kayu itu sudah lapuk, tua, tapi masih gagah. Silat Kumango masih diajar di surau ini, namun Tarekat Sammaniyah dan Tarekat Naqsyabandiyah tidak terdengar lagi.
Al-Fatihah...


Foto: Surau Syekh Kumango; tempat belajar agama dan silat, khususnya tarekat Samaniyah dan Naqsyabandiyah al-Khalidiyah


Foto: Surau Syekh Kumango; tempat belajar agama dan silat, khususnya tarekat Samaniyah dan Naqsyabandiyah al-Khalidiyah


Foto: Surau Syekh Kumango; Bagian dalam surau


Foto: Surau Syekh Kumango; lantai dua, tempat Suluk dalam Tarekat Naqsyabandiyah al-Khalidiyyah


Foto: Surau Syekh Kumango; bagian surau yang telah tua dimakan usia


Foto: Kubah Makam al-'Alim al-'Allamah Syekh Abdurrahman al-Khalidi Kumango

Padang Batang, Sungai Antuan, Mungka.
Yang karam dalam laut dosa al-faqir Apria Putra.